Jumat, 20 Juli 2018

Selamat Jalan Suamiku, Perpisahan Ini Hanya Sementara

Ada yang tau rasanya kehilangan seseorang yang paling dekat secara jasmani dan rohani dengan diri kita? Ada yang tau rasanya kehilangan orang yang sangat mencintai kita apa adanya? Ada yang tau gimana rasanya kehilangan orang yang selalu setia dengan baik & buruknya kondisi kita?mungkin dari sebagian dari kita sudah ada yang tau dan sekarang aku juga jadi tau rasanya kehilangan yang sesungguhnya, benar-benar kehilangan.

9 juni 2018 merubah segalanya, tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, hari itu aku mendapat kabar bahwa suamiku mengalami kecelakaan di jalan raya dalam perjalanan pulang kerumah dan keadaannya sudah kritis.
Ketika aku mendengar berita itu, rasanya sekujur badanku kaku dan tak berdaya, jantungku berdegup sangat kencang, air mataku bahkan sampai tidak menetes karena tingkat kepanikan yang sangat tinggi pada saat itu. Aku masih mengingat dengan jelas, ketika aku sampai ke dalam IGD RS, suamiku sudah dalam keadaan tidak sadar, semua suster dan dokter masih berusaha memompa denyut jantung suamiku, suamiku sudah tidak berdaya, Ia sudah tidak sadarkan diri. Aku hanya bisa berdoa kepada yang Maha Pemilik Hidup dan Mati, tolong selamatkan suamiku, ijinkan aku untuk merawat dan berbakti kepadanya sekali ini saja ya Allah. Berkali kali aku memegang kaki & tangan suami ku yang masih kurasa kehangatannya.
Dokter menyampaikan sesuatu yang membuat hatiku pilu, Ia menyampaikan bahwa suamiku secara medis sudah tidak bisa lagi untuk dilanjutkan tindakan, bahkan deyut jantung yang termonitor hanyalah bantuan dari alat. Sambil menunggu dokter melakukan tindakan aku memeluk kedua lututku begitu erat dibawah ranjang suamiku terbaring, kemudian menangkupkan kepalaku sedemikian dalam. Aku merasa sedih bukan kepalang, serasa ditikam belati tajam, serona kasar dihantam batu dan membuat hatiku lebam membiru, begitu jauh hingga ke ulu. Semua kesakitan, semua ujian, semua kesulitan yang pernah kuhadapi selama ini, tidaklah lebih menyakitkan, tidaklah lebih berat dibandingkan ujian yang sekarang ini.
Sejatinya dokter hanyalah manusia biasa,  sebesar apapun Ia terus berihtiar, pada akhirnya tak mampu mengubah keadaan, dan dokter menyampaikan bahwa suamiku telah meninggal dunia.

Berat sekali beban yang ada dihati & dipikiranku, bahkan sampai aku tidak napsu makan dan beratku harus turun 5kg hanya dalam hitungan 3 Minggu, kehilangan suamiku seperti aku kehilangan setengah diri aku, rasa rindu ini sungguh amat sangat berat, tidak pernah aku merindukan sosok orang yang begitu dalam, aku teringat terus akan suamiku, teringat masa-masa indah bersama, tidak ada orang yang sangat perhatian kepadaku dan Aluna melebihi suamiku. Setiap kali aku melihat fotonya, rasanya aku masih seperti mimpi kehilangan dia, aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak setiap harinya dan hanya rasa sakit di dada dan air mata yang bisa aku rasakan.



Hari itu adalah awal mula titik balik hidupku. Aku kehilangan suami tercinta, kehilangan sosok yang mencintai aku apa adanya, sosok orang paling sabar yang pernah aku miliki. Hari itu di bulan Ramadhan, 1 minggu sebelum Idul Fitri, disaat semua orang sedang sibuk menyiapkan liburan bersama keluarga, aku harus menerima kenyataan suamiku tidak ada bersamaku, angan-angan liburan bersamapun harus kandas, bahkan keriangan & kemeriahan di hari raya Idul Fitripun padam seketika.  Disaat lebaran semua orang datang mengatakan kepadaku bahwa aku harus ikhlas dan kuat, bahkan aku tidak mengerti disaat seperti itu masih ada yang menanyakan gimana cerita suamiku meninggal?
Disaat bersilahturahim Idul Fitri, padahal di hari itu aku sekuat tenaga untuk bisa menjaga psikisku agar tidak emosional menghadapi kenyataan ini, tapi masih aja ada orang yang ingin tau disaat yang menurutku tidak tepat, bahkan mereka yang bertanya kepadaku itu bukan keluarga, bukan teman, hanya orang yang mungkin ketemu aku hanya di hari lebaran saja.
Pelajaran untuk kita semua, berempatilah dengan cara yang baik, terlebih jika kita merasa kita bukan orang dekat orang yang sedang berduka, posisikanlah diri kita dengan sewajarnya.

Kematian memang sesuatu yang pasti, semua orang akan mati, hanya kita tidak tau kapan dan bagaimana kita mati?!
Bisa saja kita mati karena sakit, mati karena kecelakaan, mati karena sedang tidur dan mati karena penyebab lainnya, karena itu hanyalah sebuah “Cara” Malaikat Izrail mencabut nyawa kita.
Allah SWT sudah menentukan kapan kita lahir ke dunia dan kapan kita harus kembali kepadanya.
Kematian suamiku menjadi pelajaran untuk kita semua, bahwa mati tidak mengenal usia, tidak mengenal siapa kita, tidak mengenal sehat jasmani atau tidak, tapi mati bisa kapan saja menjemput kita, bahkan kita tidak tau apakah 5 menit kedepan kita masih hidup? Sungguh menjadi pelajaran hidup yang sangat luar biasa untuk terus beriman dan bertaqwa kepada sang Maha Pencipta, Sang Maha pemilik langit & bumi ini, Sang Pemilik hidup & mati yaitu Allah SWT.

Suami, anak, ibu, bapak, kakak, adik, hanyalah sosok yang dititipkan Allah kepada kita, jadi kapanpun Allah mau ambil, ya kita harus siap dan itu faktanya, tapi ketika itu terjadi pada kita, tidak akan semudah menerimanya, hancur hati, hancur pikiran dan bahkan tidak ada kata-kata yang bisa aku tuliskan untuk menggambarkan perasaan aku ketika harus ditinggal mati suamiku.
Tapi aku belajar bahwa untuk menjadi hamba Allah yang disayang-NYA kita harus beriman dan yakin bahwa semua ketentuan Allah adalah yang terbaik, bahwa takdir Allah adalah mutlak atas kuasanya dan yakin bahwa Allah mencintai kita. Tidak perlu bertanya kenapa harus saya?kenapa tidak yang lain?karena setiap hamba Allah mempunyai ujiannya masing-masing, karena Allah tidak pernah salah memberikan ujian kepada hambanya.



Semua orang bilang aku terlihat kuat dan tegar. Akupun tidak tahu mengapa, tapi aku yakin karena Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya, mungkin aku terlihat kuat karena Allah yang menguatkanku dan hanya Allah yang tau sisi terpurukku, hanya Allah yang tau curhatanku disetiap sujud ku, hanya Allah yang tau berapa banyak air mata ini turun disetiap doaku, meskipun sungguh aslinya aku tidak sekuat dan setegar yang orang lihat, dalamnya lautan bisa diukur, tapi dalamnya hatiku? hanya aku dan Allah yang tahu.

Aku sangat tidak menyangka bahwa aku harus menjadi single parent diumurku yang ke 29th dan aku tidak menyangka hanya bisa bersama dengan suamiku selama 2th pernikahan, tidak ada yang menyangka suamiku harus pergi secepat ini, bahkan tanpa ada kata perpisahan yang terucap darinya.
Mungkin benar kata orang, bahwa kita akan tau seberapa penting seseorang di hidup kita, ketika kita sudah kehilangan. Suamiku orang yang sangat baik, Dia tidak pernah ingin menyusahkan orang lain, Dia sangat mencintai aku.
Suamiku memang guru terbaik untuk aku belajar sabar & ikhlas, bahkan sampai dengan hari ini dia mengajarkan aku sabar & ikhlas yang sesungguhnya. Semoga aku bisa lulus dengan cobaan ini, jd dia juga bangga sama aku, jadi ilmu-ilmu yang dia kasih ke aku bisa aku jalanin. Inshaa Allah jadi pahala buatnya

Dulu Setiap kali aku curhat/ngeluh tentang kehidupan, dia selalu bilang dan mengingatkan aku bahwa rejeki, jodoh & mati itu sudah diatur Allah, jadi tidak usah khawatir, karena takdir Allah itu memang ada. Dia yang selalu menguatkan aku, dia yang selalu ada disaat aku butuh, bahkan ketika ak butuh tapi dia tidak bisa pada saat itu, entah sedang bekerja atau tidak memungkin ada disebelahku, dia akan selalu berucap "maaf ya bunda, maafin ayah tidak bisa bantu bunda" dan selalu nanya kabar "bunda dmn?bunda naek apa ke kantor?bunda udah makan blm?bunda udah solat blm?" Tidak pernah lupa disetiap harinya.

Dia sangat amat sayang dengan buah hati kami satu-satunya, Aluna.  Dia bangga banget kalau bisa jaga Aluna dan bisa bikin Aluna tidur,  jika aku sudah dirumah duluan, dia pasti akan selalu minta foto Aluna atau minta video call, intinya dia selalu ingin lihat anaknya. Bahkan aku teringat ketika dia harus menjalankan operasi sinus, setelah operasi berakhir, dalam keadaan setengah sadar, yang dicarinya itu Aluna, dia mengigau seperti sedang bersama Aluna, dia menyanyikan lagu yang sering dinyanyikan bersama Aluna, Ya Allah..aku sangat merindukan sosoknya, tidak pernah aku merasakan rindu teramat dalam kepada seseorang, dan rindu ini sungguh berat ya Allah, Inshaa Allah aku ikhlas atas kepergiannya kepangkuan Mu, aku hanya rindu sosoknya yang sangat luar biasa di hidupku.

Dia tidak pernah dendam sama orang lain, tidak pernah ada masalah sama orang lain, bahkan selalu bisa maafin kesalahan aku, dari kesalahan yg kecil sampe yang besar, dia selalu maafin dengan tulus dan selalu tidak pernah berkurang rasa sayangnya ke aku. Kadang aku aja yang kurang bersyukur & susah diatur.
Bahkan sehari sebelum dia meninggal, dia masih sempat menyenangkan aku, masih ngajak nonton & makan malam berduaan sama aku, kita ngobrol tentang masa depan dan sungguh aku tidak menyangka itu jadi yang terakhir.
Dia emank orang baik, wajar Allah pengen dia cepet ada di sisi-NYA, krn Allah sayang banget dengannya. Aku yakin surga untuk kamu sayang, semoga kamu bisa jadi penolong aku, Aluna dan keluarga  kita untuk bisa masuk ke dalam surga Allah,  jadi kita semua bisa kumpul lagi bersama-sama.

Masih banyak mimpi yang ingin aku raih bersamanya, aku dan dia sedang ingin memperbaiki hubungan ini untuk menjadi lebih sakinah, mawadah, waromah. Aku dan dia sedang mempunyai visi misi yang sama, tapi apalah daya, Allah SWT belum mengijinkan untuk kita bersama lebih lama lagi.



Ujian akan selalu saja datang bertandang, menyapa hati kita yang kerap terlupa. Lupa bahwa dunia ini sendiri hanya sementara. Lupa, bahwa ada kuasa Allah di setiap inci perjalanan kita. Maka sambutlah setiap ujian dengan hati yang lapang, ikhlas atas apapun kesedihan yang datang. Karena Allah itu maha baik, menurunkan  ujian justru  karena teramat sayang pada kita. Dia ingin menguji kita untuk mendapatkan  derajat yang lebih tinggi, balasan kesabaran yang lebih indah . Sejauh apapun kita berpaling dari-Nya, sedalam apapun kita tenggelam dalam dosa & kejahatan kepada-Nya, Dia akan selalu dan selalu memanggil kita kembali. Dia akan selalu melimpahkan  kasih sayangnya kepada kita. Karena sungguh, Allah itu Maha baik. La Tahzan, Innallaha Ma'ana (Janganlah Engkau Bersedih, Sesungguhnya Allah Bersama Kita, QS:At Taubah : 40)

Jika hidup memberikan kita episode terburuknya, terimalah, percayalah takkan selamanya kita terluka, takkan selamanya kita berduka



Empat Puluh hari telah berlalu
Empat Puluh hari pula Engkau kembali ke pangkuanNya

Merindukan Engkau adalah suatu hal yang pasti, masa-masa bersama engkau adalah kenangan yang indah dan menjadi pengingat bahwa pernah hadir sosok hebat dan tulus di dalam hidupku.
Aku mencintai kamu, tapi Allah SWT lebih dan sangat mencintai kamu.
Terimakasih sudah menjadi suami & ayah yang sangat sabar, setia, penyayang dan pemaaf. Maafkan aku belum bisa menjadi istri yang baik untuk kamu, tapi semoga aku bisa jadi ibu yang baik untuk Aluna.

Kapanpun dan di manapun aku berada, engkau selalu ada di hati ku.
Selamat beristirahat dengan tenang suamiku, teriring rangkaian doa yang selalu aku panjatkan kepada Allah SWT, agar diampuni segala dosa, khilaf, kesalahan selama engkau hidup di dunia.
Semoga Allah SWT selalu menempatkan engkau disisi terbaikNya bersama orang-orang beriman & sholeh.
Semoga Allah SWT melapangkan kubur engkau, menjauhkan engkau dari azab kubur, siksa kubur & Api Neraka. Aamiin YRA

Sampai bertemu lagi suamiku,  perpisahan ini hanya sementara, dunia ini hanya tempat singgah, pada akhirnya aku dan semua orang yang engkau sayangi juga akan menyusul engkau dan semoga kita semua dipertemukan kembali di SurgaNYA.